Oleh: islam feminis | April 22, 2007

‘Hak Tuhan Berada di atas Hak Suami’

Ia memahami maksud pertanyaanku, seusai menarik nafas lantas ia berujar: “Suamiku telah melarangku mengenakan jilbab, dan memerintahkanku untuk menanggalkannya. Ia tidak menyukai aku berbusana muslimah. Sebenarnya, aku ingin sekali memakai busana muslimah, tapi bagaimana lagi seorang istri harus mentaati perintah suaminya”.  

———————————————— 

‘Hak Tuhan Berada di atas Hak Suami’

Pada suatu hari, tanpa terduga saya bertemu dengan teman lama. Rasa senang telah meliputi kami, mengingatkan akan masa lalu ketika kami masih bersama-sama. Setelah melepasan rasa kangen, lalu kami menceritakan tentang keadaan masing-masing selama berpisah. Ia dengan bersemangat menceritakan tentang keadaan anak dan suaminya kepadaku. Begitu pula akupun dengan penuh semangat menceritakan tentang keadaan keluargaku.

Ada satu hal yang telah membuatku heran, perubahan yang telah terjadi pada teman lamaku ini. Selagi kami bersama ia selalu mengenakan busana muslimah. Namun sekarang ia telah menanggalkannya. Ia merasakan keherananku, dan kulihat ada perasaan grogi saat berbicara denganku. Setelah berbicara lama, untuk menghilangkan rasa heranku, akhirnya aku tanyakan juga kepadanya tentang hal itu. “Temanku, maaf sebelumnya bukan aku mau ikut campur dalam urusanmu. Sepertinya ada perubahan pada dirimu, dan ada sesuatu yang hilang darimu?” ujarku kepadanya. Ia memahami maksud pertanyaanku, seusai menarik nafas, lantas ia berujar: “Suamiku telah melarangku mengenakan jilbab, dan memerintahkanku untuk menanggalkannya. Ia tidak menyukai aku berbusana muslimah. Sebenarnya, aku ingin sekali memakai busana muslimah, tapi bagaimana lagi seorang istri harus mentaati perintah suaminya”.  

Sebetulnya, fenomena semacam ini banyak kita temui pada masyarakat kita. Kisah di atas hanyalah sebagai salah satu contoh atas ketidaktahuan batasan ketaatan istri pada suami. Tujuan kami di sini, bukan untuk mengajari para istri untuk membangkang kepada perintah suaminya dan merusak rumah tangga orang. Kami hanya ingin memberikan pemahaman yang benar tentang ketaatan pada suami, serta menjelaskan batasannya. Sehingga para istri tidak terjerumus kepada perbuatan yang sebenarnya pada saat itu Allah tidak memerintahkan seorang istri untuk mentaati perintah suaminya. Namun, ia melakukannya karena ketidaktahuan dan menurutnya dalam rangka menjalankan perintah Allah swt untuk mentaati suami.

Sebuah pertanyaan: “Apakah seorang istri harus tetap mentaati perintah suaminya meskipun perintah tersebut bertentangan dengan perintah Allah swt?”.

Agar permasalahan menjadi jelas, maka sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu jawaban dari pertanyaan berikut ini: “Kenapa istri harus taat kepada suami? Siapa yang yang telah memerintahkan hal itu? Dan siapa yang telah memberikan hak untuk dita’ati kepada seorang suami?”Sebagaimana diketahui dalam ajaran Islam, istri harus taat kepada suaminya karena perintah Allah swt. Dan yang memberikan hak kepada seorang suami  untuk ditaati oleh istrinya adalah Allah swt. Seperti halnya kasus hukum ketaatan seorang anak kepada orang tuanya sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat al-Qur’an dan hadis. Jika Allah swt tidak memerintahkan dan memberikan hak kepada suami untuk ditaati, maka seorang suami ataupun orang tua tidak mememiliki hak untuk ditaati.Kenapa seorang istri harus mentaati suaminya? Karena Allah swt telah memerintahkannya.

Oleh karena itu, ketaatan pada suami tidak bersifat independen. Dengan arti lain, jika perintah suami bertentangan dengan perintah Allah swt, istri tidak diperbolehkan untuk melaksanakannya. Suami memerintahkan istrinya untuk menanggalkan jilbab, sementara Allah swt telah memerintahkan seorang muslimah untuk mengenakan jilbab, maka dalam hal ini istri tidak boleh mentaati perintah suaminya. Karena perintah suaminya bertentangan dengan perintah Allah swt, yaitu seorang muslimah hendaknya mengenakan jilbab. Suami memiliki hak untuk ditaati istrinya tersebut, dikarenakan anugerah dari Allah swt. Maka secara otomatis perintahnya akan menjadi gugur jika bertentangan dengan pemiliki asli hak untuk ditaati, yaitu Allah swt..Seorang istri dilarang mengenakan jilbab, seperti halnya dilarang melakukan shalat. Maka ia tidak wajib mentaati perintah suaminya.

Kesimpulan obyek-obyek kewajiban dan larangan (yang diharamkan), maka suami tidak memiliki hak untuk memerintah ataupun melarangnya. Dalam sebuah hadis Imam Shadiq as (Imam ke-6) Bersabda: “La Tha’ata li Makhlukin fi Ma’shiyati al-Khalik (Tiada keta’atan pada makhluk, dalam kemaksiatan (berbuat dosa) terhadap Allah swt)”. Tentunya, menolak perintah suami yang bertentangan dengan perintah Allah swt dilakukan dengan cara yang baik, dan tidak menggunakan cara yang arogan serta tetap dilakukan dengan rasa hormat. Seorang istri yang cerdas tentu akan dapat mengetahui dan memberikan penjelasan dengan berbagai trik kepada suaminya, untuk menolak perintah suaminya yang tidak sesuai dengan perintah Allah swt dengan memohon pertolongan kepada Allah swt.. Sehingga kondisi keluarga tidak goyah dan tetap terjaga keutuhan serta keharmonisannya. InsyaAllah…   

[Euis Daryati, Mahasiswi S2 Jurusan Tafsir, Bintul Huda – Qom – Iran]   


Tanggapan

  1. bukannya istri wajib mengikuti suami hanya dan hanya jika tidak menyimpang dari jalur Alloh?

    ————————
    Muslimah:

    Benar sekali…

  2. suaminya perlu belajar banyak tuh.. masalah pengetahuan agama yang kurang ini memang menjadi pangkal banyak masalah dalam keharmonisan menegakkan syariat, sayangnya banyak yang tidak mau mengenal lebih dalam agamanya karena merasa itu bukan bidangnya.. nah lho?..
    seandainya terjadi hal seperti itu, ada baiknya komunikasi yang baik dilangsungkan dan debat untuk membela agama kalau perlu dilakukan tentu dengan cara yang baik, tapi memberi peringatan akan betapa dasyatnya kengerian hari penghisaban, lintasan shirat dan neraka mungkin menjadi pintu pembuka hati bagi mereka yang menentang ketentuan syariat… tentu penyampainnya harus clean and smart.. agar singa yang marah tidak menjadi lebih beringas

  3. setuju dengan Anung ….
    nice article 🙂

  4. Kasus itu mirip dengan saya.. bolehkan kita belajar memakai pakaian muslimah bertahap dari memakai jilbab yg pendek kemudian sedikit demi sedikit memanjangkannya dan merubah baju yang terlalu mengikuti mode hingga akhirnya nanti menutup aurat sesuai syariat dan budaya untuk dapat menggapai keikhlasan suami? Walaupun saya merasa pengetahuan saya tentang agama masih sangat minim karena baru beberapa bulan ini saya merasakan desakan dari hati untuk terus belajar dengan waktu yang terbatas karena saya harus bekerja dari pagi hingga petang…..

    ———————————————————————-

    Islam Feminis:
    Pertama, saya ucapakan selamat kepada saudari atas perjuangan yang sedang dilakukan dalam rangka memperdalam ajaran Islam dan mencoba mengamalkannya dengan baik. Ketahuilah, ini merupakan hidayah (petunjuk) dari Allah SWT yang telah dianugrahkan kepada anda, dimana tidak semua orang bisa mendapatkan karunia semacam itu.
    Lakukanlah apa yang bisa saudari lakukan secara bertahap sesuai kemampuan saudari dalam menghadapi semua cobaan ini. Tentunya dengan tetap memohon pertolongan Allah SWT. Kami yakin Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang sedang berjuang dan berusaha untuk mencapai keridhoan-Nya. Allah Maha Pengasih dan kasih sayang Allah lebih luas dari murka-Nya.

  5. Great articel.. 🙂


Tinggalkan Balasan ke katrinnada Batalkan balasan

Kategori